![]() |
Sumber gambar : panampost.com |
Dialah Evo Morales, orang pribumi pertama yang
menjadi presiden Bolivia sejak Amerika Latin, khususnya Bolivia diinvasi oleh
penjajahan Spanyol lebih dari 470 tahun yang lalu. Terlahir dalam keluarga miskin, di Orinco, Altiplano
(Wilayah dataran Tinggi di Bolivia), ayahnya Dionisio Morales Choque, dan
ibunya Maria Mamami adalah petani miskin.
Secara etnis ia adalah keturunan suku Indian Aymara.
Rumahnya sangat sederhana, rumah khas berbentuk adobe, beratap jerami luasnya
sekitar 3-4 meter. Di rumah itulah segala aktivitas keluarga dilakukan, dari
memasak, tidur, mencuci dan lain-lain.
Ditengah kemiskinan keluarganya, dari 7 bersaudara,
hanya Evo dan kakak perempuannya yang berhasil hidup. Evo kecil terkenal sebagai pekerja keras. Dia
rajin membantu ayahnya di pertanian dan dia juga menjadi penggembala domba dan
Llama (sejenis unta tetapi tidak punya bonggol).
Di usia 6 tahun, Evo menemani Ayah dan kakak
perempuannya ke bagian utara Argentina untuk memanen tebu. Ia juga sempat
menjadi penjual es krim. Evo juga sering menemani ayahnya ke pasar, perjalanan
itu ia tempuh dengan berjalan kaki. Dari pengalamannya menemani sang ayah, ia
mengenal berbagai macam diskriminasi kepada kaum pribumi. Saat itu, pribumi
dilarang memasuki kota, sekalipun untuk belanja dan berjalan-jalan.
Kendati miskin, ia sempat bersekolah. Meski
keluarganya harus pontang-panting jatuh-bangun untuk membiayainya sekolahnya. Saat
masuk SMP, ia dan temannya sempat berkunjung ke Istana kepresidenan di ibukota
La Paz. Mimpinya untuk Bertemu presiden tidak tercapai sebab ditolak oleh
protokoler Istana. Saat itu ia bertekad dalam hati “suatu hari nanti, saya akan
jadi presiden".
Situasi Bolivia memanas. Evo gagal menuntaskan
sekolahnya sebab harus mengikuti wajib militer, ia kemudian ditempatkan di
markas militer yang terletak di ibukota La Paz. Saat itu adalah masa-masa
krisis politik di Bolivia. Dalam 2 tahun telah terjadi 5 kali pergantian
presiden.
Setelah situasi mereda, Evo muda kembali ke kampung
halamannya menjadi petani. Ia menyaksikan kehancuran sebagian lahan pertanian
milik warga akibat diterjang gelombang El-Nino. Ia dan keluarga memutuskan hijrah
ke daerah yang masih subur lahannya.
Di Tahun 1980-an, harga Koka sedang naik. Ia dan
petani lainnya menanam koka untuk memenuhi kebutuhan hidup. Selain dijadikan teh
dan obat-obatan, masyarakat Indian sejak dahulu punya tradisi mengunyah koka, -seperti
tradisi mengunyah sirih di Nusantara-. Koka adalah tanaman herbal yang legal di
Bolivia. Daun koka punya zat stimulan untuk mengurangi rasa lapar, haus, sakit,
dan lelah. Tidak hanya itu, daun koka juga berguna untuk mengurangi penyakit
orang yang tinggal di daerah ketinggian. [1]. Sampai suatu ketika daunnya disalahgunakan menjadi
kokain oleh orang-orang Amerika.
Amerika Serikat meningkatkan kampanye perang melawan
Koka. Mereka menekan pemerintah Bolivia untuk membumihanguskan tanaman Koka.
Situasi itu tepat dengan perubahan politik di Bolivia, seorang Jenderal
mengambil alih kekuasaan dengan cara kudeta dan sangat loyalis kepada Amerika
Serikat.
Sejak itu Evo aktif di dalam serikat. Evo sangat
radikal dan militan. Ia memimpin berbagai aksi untuk merongrong pemerintah dan
memaksa menghentikan pembasmian koka. Dalam berbagai aksinya, tidak sedikit
kawannya yang kehilangan nyawa. Ia juga sempat ditangkap di suatu pedesaan,
disiksa dan dibuang karena dianggap sudah mati. Beruntung, penduduk desa sekitar
menyelamatkannya.
Tahun 1989, Evo mulai menyadari perlunya menciptakan
alat politik untuk merebut kekuasaan politik. Namun, keingiannya itu baru
terwujud di tahun 1995, ketika para petani, penambang, dan masyarakat adat sepakat
mendirikan Majelis untuk Kedaulatan Rakyat Banyak (ASP) dan Alat Politik untuk
Kedaulatan Rakyat Banyak (IPSP). Atau sering disingkat ASP-IPSP. [2]
Kendati berhasil menggunakan alat politik lain untuk
menjadi anggota parlemen, tetapi cita-cita Evo untuk alat politik sendiri tidak
pernah surut. Inilah yang mendasari kelahiran partainya: Gerakan Menuju
Sosialisme (MAS). [3]
Kemenangan Evo dalam pemilihan umum tahun 2005 sangat
menggemparkan. Bagaimana tidak, ia berhasil mengalahkan orang-orang kaya Bolivia
yang menjadi pesaingnya. Begitu ia menempati jabatannya, Evo mengumumkan
pemotongan gajinya untuk meningkatkan jumlah guru dan dokter di Bolivia.
![]() |
Evo & Lula, Presiden Brazil. Sumber gambar : upload.wikimedia.org |
Selama menjadi presiden itu pula, penampilannya tidak
berubah. Ia lebih sering memakai pakaian sederhana, seperti rakyat pada
umumnya. Paling pol hanya memakai jaket kulit dan sweater (tradisional orang
Indian) biasa. Dalam kunjungannya ke Negara-negara lain, ia tetap memakai
pakaian yang sederhana. Media masa sering menyoroti soal pakaiannya. Karena
begitu sederhananya, ada yang menganggap Evo kurang menghormati protokol.
Sumber : Disarikan dari berbagai sumber.
Sumber : Disarikan dari berbagai sumber.
[1] Berdikarionline.com, http://www.berdikarionline.com/jejak-langkah-evo-morales/
dilihat 22 Januari 2018
[2] ibid_
[3] ibid_
0 comments:
Post a Comment