Sunday, January 28, 2018

Mengenang Tenggelamnya Tampomas, Sebuah Kapal Bekas

Tenggelamnya kapal Tampomas 2
Tampomas II terbakar. Sumber gambar : news.liputan6.com
                        
“Api menjalar dari sebuah kapal
Jerit ketakutan
Keras melebihi gemuruh gelombang
Yang datang”

Hari ini, tepat 37 tahun yang lalu. Sebuah tragedi memilukan dalam sejarah pelayaran Indonesia terjadi. Sebuah kapal pengangkut penumpang, Tampomas II, tenggelam di Perairan Masalembu. Legenda hidup, Iwan Fals mengabadikannya dalam sebuah lagu yang berjudul “Celoteh camar Tolol dan Cemar” yang tedapat dalam album Sumbang dirilis tahun 1983.

Tampomas, (nama gunung di Sumedang, Jawa Barat, yang ditabalkan menjadi nama kapal) dijadwalkan berangkat dari Pelabuhan Tanjung Priok pada Jumat, 23 Januari 1981, akan menuju Ujung Pandang. Pemberangkatan ditunda karena ada kerusakan mesin. Sehingga keesokan harinya, Sabtu 24 Januari Tampomas baru bisa berangkat menuju Ujung Pandang, Sulawesi.

Rute perjalanan Tanjung Priok – Ujung Pandang biasanya memakan waktu 2 hari 2 malam, diperkirakan seharusnya tanggal 26 januari, Tampomas sudah tiba di tujuan. Sebelum bertolak dari Tanjung Priuk, seorang pemandu kapal mengumumkan bahwa salah satu mesin kapal telah mengalami kerusakan. Namun, Tampomas 2 tetap melanjutkan rencananya melakukan pelayaran.

Tampomas membawa sedikitnya 1.442 orang, 1.054 tercatat sebagai penumpang resmi, sisanya adalah penumpang gelap. [1] Di atas kapal, terdapat 190 Mobil dan 200 Motor termasuk mesin giling Sakai.

Tenggelamnya kapal tampomas
Ilustrasi, sebuah keluarga di kapal Tampomas. Sumber gambar : yaspiery.wordpress.com

Setelah sehari semalam berlayar, Tampomas sudah mencapai rute Pulau Bawean - Kepulauan Masalembu. 24 januari malam pelayaran berjalan  lancar, tidak terjadi apa-apa. Yang terlihat hanyalah layung senja yang memukau dan pemandangan ufuk cakrawala laut Jawa yang datar.

Namun, perlu diketahui bahwa ombak Januari di rute tersebut memang lebih besar dari biasanya. Ketinggian gelombang mencapai 7 – 10 meter, dengan kecepatan hembusan angin hingga 15 knot. Hal tersebut sangat sering terjadi sehingga wilayah perairan tersebut dijuluki sebagai segitiga bermudanya Indonesia.

Minggu malam, 25 Januari terjadi badai laut yang besar. Beberapa bagian mesin mengalami kebocoran bahan bakar. Terjadi percikan nyala api. Api mulai menyambar dan berkobar-kobar. Para kru mesin matian-matian mencoba memadamkannya dengan alat pemadam portabel. Namun, gagal. Api malah menjalar ke kompartemen mesin karena pintu dek terbuka.

Pemadaman mengalami jalan buntu, sebab, generator untuk menyemprotkan air juga mengalami kerusakan. Usaha pemadaman pun terpaksa dihentikan karena dianggap sudah tidak memungkinkan.

Di dalam situasi yang darurat itu, Kapten Abdul Riva’i sebagai Nahkoda kapal berinisiatif akan melabuhkan kapal di pulau terdekat. Nahas, baling-baling kapal ternyata tidak mau berputar. matinya aliran listrik juga mengakibatkan radio sebagai alat komunikasi otomatis terputus. Isyarat cahaya yang dilontarkan pun tidak menyala. [2]

Para penumpang diperintahkan menuju dek atas dan langsung menaiki sekoci. Namun hal ini berlangsung lambat, karena hanya ada 1 pintu menuju dek atas. Begitu berada di dek atas, para ABK dan Mualim Kapal tidak ada yang memberitahu arah dan lokasi sekoci. Beberapa ABK malah dengan egois menurunkan sekoci bagi dirinya sendiri.

Panasnya api membuat para penumpang yang berada di dek atas  nekat terjun bebas ke dalam air, dan mereka yang beruntung mendapatkan sekoci.

Pagi menyingsing, asap kapal yang membumbung tinggi menjadi isyarat kepada kapal lain yang sedang melintasi perairan tersebut. KM sangihe adalah kapal yang pertama kali datang melakukan tindakan penyelamatan.

“Datangnya pertolongan
Yang sangat diharapkan
Bagai rindukan bulan
Lamban engkau pahlawan
Celoteh sang camar”

Namun sudah terlambat, sekitar 666 orang dinyatakan tewas dalam tragedi tersebut. Termasuk sang Kapten, Abdul Riva’i. Ia menolak untuk pergi dari kapal selama masih ada penumpang yang tertinggal.

Tenggelamnya kapal tampomas

Tampomas tenggelam. Sumber gambar : freelander.wordpress.com

Iwan Fals melancarkan kritik keras lewat lirik lagunya :

“Tampomas sebuah kapal bekas
Tampomas terbakar di laut lepas
Tampomas tuh penumpang terjun bebas
Tampomas beli lewat jalur culas
Tampomas kasus ini wajib tuntas
Tampomas koran koran seperti amblas
Tampomas pahlawanmu kurang tangkas
Tampomas cukup tamat bilang naas”


Usut punya usut, Menurut buku Penyelewengan Dibalik Tenggelamnya Tampomas II (1982), Tampomas II memang sebuah kapal bekas. Kapal bekas ini dibeli melalui PT. Pengembangan Armada Niaga Nasional (PANN) dari perusahaan Jepang Comodo Marine Co. SA dengan harga US$ 8,3 juta. Angka ini mengherankan beberapa pihak karena PANN ternyata pernah diberi tawaran kapal lain yang harganya hanya US$ 3,6 Juta.[3]

Memorandum of Agreement (Moa) pembelian kapal tercatat pada 23 Februari 1980 dengan Junus Effendi Habibie alias Fanny Habibie, adik B.J. Habibie, bertindak sebagai Ketua Steering Committe (SC) pembeliannya. Tapi ia menampik bertanggung jawab soal spesifikasi kapal.[4]

Menteri Perhubungan saat itu, dalam penjelasannya pada pers di kantor Departemen Perhubungan, mengatakan tidak terjadi hal yang abnormal di ruang mesin. Kelainan terjadi pada ruang geladak kendaraan, khususnya pada kendaraan roda dua yang terletak di sebelah belakang. Karena guncangan gelombang laut yang cukup kuat memungkinkan untuk timbul percikan api dan menyebar. [5]


Penyelidikan yang dipimpin oleh Jaksa Ruslan Effendi Nasution  sebagai kepala Tim Perkara tidak memberikan hasil yang berarti, sebab semua kesalahan ditudingkan kepada para awak kapal. Ada kesan bahwa kasus ini dengan sengaja ditutup-tutupi oleh pemerintah saat itu, meskipun banyak suara dari parlemen yang menuntut pengusutan yang lebih serius. [6]

Depok, 27 Januari 2018


Footnote :
[1] https://tirto.id/tenggelamnya-tampomas-kapal-bekas-yang-dibeli-lewat-jalur-culas-cefH, dilihat 26 Januari 2018.
[2] Ibid__
[3] Ibid__
[4] Ibid__
[5] https://id.wikipedia.org/wiki/Musibah_KMP_Tampomas_II, dilihat 26 Januari 2018
[6] Ibid__
Location: Tanjung Priok, North Jakarta City, Jakarta, Indonesia

0 comments:

http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html