![]() |
Sumber gambar : 3.bp.blogspot.com |
Siapa yang tidak mengenal Siti Nurbaya. Nama yang sudah menjadi legenda dalam dunia percintaan, perjodohan dan perkawinan paksa. Sampai-sampai namanya dijadikan semacam “pegangan” untuk anak muda yang tidak setuju atau menolak dijodohkan oleh orang tua. ‘’Zaman sekarang nikah masih dijodohin, kayak zamannya siti Nurbaya aja”.
Semboyan itu digunakan anak-anak muda (yang tidak setuju atau menolak dijodohkan oleh orang tua) untuk mengkonter, atau bisa dibilang merombak kemapanan yang sudah ada. Seperti tertuang dalam syair lagu Dewa 19 yang dinyanyikan Ari Lasso, “Katakan pada Mama, Cinta bukan hanya harta dan tahta”.
![]() |
Adegan dalam film Sti Nurbaya, Him Damsyik & Novia Kolopaking. Sumber gambar : 4.bp.blogspot.com |
Ketenaran Siti Nurbaya juga sempat dijadikan film yang cukup hits pada tahun 1990-an. Tidak hanya jalan ceritanya yang seru, tetapi juga aktor dan aktris yang membintangi film tersebut sangat menguasai peran mereka. Him Damsyik sebagai Datuk Meringgih, Sedangkan Siti Nurbaya diperankan oleh Novia Kolopaking. Ada yang bilang ketenaran Siti Nurbaya sama seperti kisah percintaan Romeo dan Julietnya William Shakespeare.
Tahukah kamu, kalau Siti Nurbaya adalah tokoh rekaan dari cerita roman di tahun 1920-an. Penciptanya ialah seorang novelis (atau romanis ya?) berdarah Sumatera Barat yakni, Marah Rusli. Ia terlahir dengan nama Rusli bin Abu Bakar. Dilahirkan di Padang, 7 Agustus 1889.
![]() |
Marah Rusli. Sumber gambar : 2.bp.blogspot.com |
Gelar “Marah” didapatkan karena ayah beliau adalah keturunan seorang bangsawan, sedangkan ibunya adalah rakyat biasa berdarah Jawa, masih keturunan dari Sentot Ali Basa. Seorang panglima perang Pangeran Diponegoro.
Marah Rusli menghabiskan waktu kecilnya di Padang, Sumatera Barat. Selama di padang inilah ia gemar mendengarkan tukang kaba (tukang cerita) yang mendendangkan dongeng-dongeng yang memengaruhi minat dan bakatnya kepada susastra.
Setelah lulus sekolah, ia merantau. Melanjutkan kuliahnya ke Vee Arstsen School (Sekolah Dokter Hewan) di Buitenzorg. Di masa-masa kuliah inilah ia menikahi seorang perempuan kelahiran Buitenzorg (Bogor), bernama Nyai Raden Ratna Kencanawati di tahun 1911.
Ada suatu versi bahwa perkawinan mereka tidak diketahui oleh orang tua Marah Rusli di Sumatera Barat, Sehingga ketika orang-orang di sana mulai mendengar kabar perkawinan Marah Rusli, orang-orang mulai tidak bersimpatik kepadanya. Bahkan, Marah Rusli dikeluarkan dari keanggotaan keluarga. Versi lain menyebutkan bahwa, perkawinan itu tidak diinginkan oleh orang tua Marah Rusli, tetapi Marah Rusli tetap mempertahankan perkawinannya.
Setelah lulus dari studinya, Marah Rusli pulang ke Padang. Orang tuanya menjodohkan Marah Rusli dengan seorang perempuan yang tidak dikenal olehnya. Marah Rusli tidak bisa mengelak lagi. Ia mau menikahi perempuan itu tetapi dengan perjanjian bahwa setelah menikah, istri yang tidak dikenalnya itu harus segera ditalak tiga. Hal tersebut membuat orang tua Marah Rusli semakin marah. Oleh karena itu, Marah Rusli mengambil keputusan harus cepat-cepat kembali ke Bogor.
Dalam perjalanan kariernya, Marah Rusli sempat bekerja sebagai dokter hewan di Sumbawa Besar, Bima, Bandung dan Blitar lalu pada Tahun 1920, ia kembali lagi ke Buitenzorg (Bogor). Ia diangkat sebagai asisten Dokter Hewan Wittkamp di Bogor. Suatu saat, ia pernah berselisih dengan atasannya, seorang Belanda, ia diskors selama satu tahun. Selama satu tahun itulah ia menulis Novel Siti Nurbaya.
Ia melihat bahwa adat istiadat yang melingkupinya tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman. Pengalamannya saat dijodohkan dengan perempuan yang tidak dikenal melahirkan semacam rasa pemberontakan yang ia tuangkan dalam karyanya.
A. Teeuw, -akademisi berdarah Belanda- dalam bukunya menyatakan bahwa, Marah Rusli ternyata sangat banyak menanggung penderitaan dalam hidupnya karena konflik-konflik dengan keluarganya mengenai adat lama.
Melalui karyanya tersebut, Marah Rusli dianggap sebagai pelopor kesusastraan Indonesia modern. Ceritanya sangat menggugah. Meninggalkan kesan yang mendalam kepada pembaca. Kesan itulah yang terus melekat hingga kini. Setelah berpuluh-puluh tahun, Siti Nurbaya tetap dibicirakan dan telah menjadi legenda bagi bangsa Indonesia.
Sumber : Disarikan dari berbagai sumber.
0 comments:
Post a Comment