![]() |
Iwan Fals - 1910 Cover Album. |
Kedekatan Iwan Fals dengan Ian Antono semakin akrab
pada album ini. Iwan mempercayakan Ian menjadi music director, seketika warna
musik Iwan berubah menjadi lebih nge-rock dan garang. Lagu ‘1910’ yang
menceritakan tentang kecelakaan kereta api di Bintaro pada tanggal 19 Oktober
dibawakan Iwan dengan gaya bernyanyi yang tidak seperti biasanya.
Iwan seperti mendapat atmosfir baru pada
lagu-lagunya yang lebih terkesan dewasa. Album ini mendapat sambutan positif.
Beberapa lagunya meledak dan album ini mencatat penjualan yang besar. Lagu
‘Buku Ini Aku Pinjam’ yang ternyata ‘titipan’ produser kepada Iwan agar
dibuatkan lagu untuk remaja, dan kabarnya Iwan sebenarnya enggan dan terpaksa
menulis lagu ini hanya untuk menyenangkan produser ternyata meledak luar biasa.
1910
Iwan Fals
Apa kabar kereta yang terkapar di senin pagi
Di gerbongmu ratusan orang yang mati
Hancurkan mimpi bawa kisah
Air mata
Air mata
Belum usai peluit belum habis putaran roda
Aku dengar jerit dari Bintaro
Satu lagi catatan sejarah
Air mata
Air mata
Berdarahkah tuan yang duduk dibelakang meja
Atau cukup hanya ucapkan belasungkawa
Aku bosan
Lalu terangkat semua beban dipundak
Semudah itukah luka luka terobati
Nusantara tangismu terdengar lagi
Nusantara derita bila berhenti
Bilakah
Bilakah
Sembilan belas Oktober tanah Jakarta berwarna merah
(merah darah)
Meninggalkan tanya yang tak terjawab
Bangkai kereta lemparkan amarah
Air mata
Air mata
Nusantara langitmu saksi kelabu
Nusantara terdengar lagi tangismu
Nusantara kau simpan kisah kereta
Nusantara kabarkan marah sang duka
Saudaraku pergilah dengan tenang
Sebab duka sudah tak lagi panjang
Saudaraku pergilah dengan tenang
Pergilah dengan tenang saudaraku
Saudaraku pergilah dengan tenang
Saudaraku pergilah dengan tenang
Sebab duka sudah tak lagi panjang
Saudaraku
Saudaraku
Ada Lagi Yang Mati
Iwan Fals
Aku lihat orang yang mati
Diantara tumpukan sampah
Lehernya berdarah membeku
Bekas pisau lawannya tadi malam
Belakang pasar dekat terminal
Pagi itu orang berkerumun
Melihat mayat yang membusuk
Tutup hidung sesekali meludah
Aku lihat orang menangis
Disela gaduhnya suasana
Segera aku menghampiri
Dengan bimbang
Kubertanya padanya
Rupanya yang mati sang teman
Teman hidam hidup sepaham
Hanya kisah yang dilewati
Ia berdua ikat tali saudara
Sementara surya mulai tinggi
Panas terasa bakar kepala
Sisa darah orang yang mati
Disimpannya di dalam hati
Lalu dia seperti batu
Sampai malam
Sampai semuanya pergi
Belakang pasar dekat terminal
Adalagi orang yang mati
Lehernya berdarah membeku
Bekas pisau lawannya tadi malam
Sementara surya mulai tinggi
Panas terasa bakar kepala
Dendam ada dimana-mana
Dijantungku di jantungmu
Dijantung hari-hari
Dendam ada dimana-mana
Balada Orang-Orang Pedalaman
Iwan Fals
Balada orang orang pedalaman
Di hutan di gunung dan di pesisir
Manusia yang datang dari kota
Tega bodohi mereka
Lihatlah tatapannya yang kosong
Tak mengerti apa yang terjadi
Tak tajam lagi tombak panah dan parang
Tak ampuh lagi mantra dari sang pawang
Di mana cari hewan buruan
Yang pergi karena senapan
Di mana mencari ranting pohon
Kalau sang pohon tak ada lagi
Pada siapa mereka tanyakan hewannya
Ya pada siapa tanyakan pohonnya
Saudaraku di pedalaman menanti
Sebuah jawaban yang tersimpan dilangit
Lewatmu kembali
Balada orang orang pedalaman
Yang menari dan bernyanyi
Dihalau bising
Ribuan deru gergaji
Buku Ini Aku Pinjam
Iwan Fals
Biar tahu biar rasa
Cinta ini milik kita
Di kantin depan kelasku
Disana kenal dirimu
Yang kini tersimpan dihati
Jalani kisah sembunyi
Di halte itu kutunggu
Senyum manismu kekasih
Usai dentang bel sekolah
Kita nikmati yang ada
Seperti hari yang lain
Kau senyum tersipu malu
Ketika kusapa engkau
Genggamlah jari genggamlah hati ini
Memang usia kita muda
Namun cinta soal hati
Biar mereka bicara
Telinga kita terkunci
Biar tau biar rasa
Maka tersenyumlah kasih
Tetap langkah jangan hentikan
Cinta ini milik kita
Buku ini aku pinjam
Kan kutulis sajak indah
Hanya untukmu seorang
Tentang mimpi mimpi malam
Biar tau biar rasa
Maka tersenyumlah kasih
Tetap langkah jangan hentikan
Cinta ini milik kita
Biar tau biar rasa
Maka tersenyumlah kasih
Tetap luka jangan hentikan
Cinta ini milik kita
Cinta ini milik kita
Engkau Tetap Sahabatku
Iwan Fals
Dia adalah sahabatku bahkan lebih
Dia adalah yang diburu datang padaku
Sekedar lepas lelah dan sembunyi untuk berlari lagi
Dia adalah yang terbuang mengetuk pintuku
Penuh luka dipunggungnya merah hitam
Dia menjadi terbuang setelah harapannya dibuang
Bapaknya pegawai kecil kelas sendal jepit
Yang kini di dalam penjara sebab bela anaknya
Untuk darah daging yang tercinta selesaikan sekolah
Sahabatku gantikan bapaknya coba mencari kerja
Namun yang didapat cemooh harga dirinya berontak
Lalu dia tetapkan hati hancurkan sang pembuang
Air putih aku hidangkan aku dipersimpangan
Aku hitung semua lukanya seribu bahkan lebih sejuta lebih
Pagi buta dia berangkat diam-diam
Masih sempat selimuti aku yang tertidur
Aku terharu do'aku untukmu... o...
Sebutir peluru yang tertinggal dibawah bantalnya
Kuberi tali jadikan kalung lalu ku kenakan
Sekedar mengingatmu kawan yang terus berlari
Selamat jalan kawan selamat renangi air mata
Hey sahabat yang terbuang engkau sahabatku tetap sahabatku
Engkau sahabatku tetap sahabatku...
Ibu
Iwan Fals
Ribuan kilo jalan yang kau tempuh
Lewati rintang untuk aku anakmu
Ibuku sayang masih terus berjalan
Walau tapak kaki penuh darah, penuh nanah
Seperti udara kasih yang engkau berikan
Tak mampu ku membalas, ibu… ibu…
Ingin ku dekat dan menangis di pangkuanmu
Sampai aku tertidur bagai masa kecil dulu
Lalu doa-doa baluri sekujur tubuhku
Dengan apa membalas, ibu… ibu…
Ribuan kilo jalan yang kau tempuh
Lewati rintang untuk aku anakmu
Ibuku sayang masih terus berjalan
Walau tapak kaki penuh darah, penuh nanah
Seperti udara kasih yang engkau berikan
Tak mampu ku membalas, ibu… ibu…
Mimpi Yang Terbeli
Iwan Fals
Berjalan di situ
Di pusat pertokoan
Melihat-lihat barang-barang
Yang jenisnya beraneka ragam
Cari apa di sana
Pasti tersedia
Asal uang di kantong cukup
Tentu tak ada soal
Aku ingin membeli
Kamu ingin membeli
Kita ingin membeli
Semua orang ingin membeli
Apa yang dibeli?
Mimpi yang terbeli
Sebab harga barang tinggi
Tiada pilihan selain mencuri
Sampai kapan mimpi mimpi itu kita beli?
Sampai nanti sampai habis terjual harga diri
Sampai kapan harga harga itu melambung tinggi?
Sampai nanti sampai kita tak bisa bermimpi
Segala produksi ada disini
Menggoda kita untuk memiliki
Hari hari kita berisi hasutan
Hingga kita tak tahu diri sendiri
Melihat anak kecil
Mencuri mainan
Yang harganya tak terjangkau
Oleh bapaknya yang maling
Nak II
Iwan Fals
Nak dengarlah bicara bapakmu
Yang kenyang akan hidup terang dan redup
Letakkan dahulu mainan itu
Duduk dekat bapak sabar mendengar
Kau anak harapanku yang lahir di jaman gersang
Segala sesuatu hanya ada karena uang
Ya . . .Ya . . .Ya . . .Ya . . .
Kau anak dambaanku yang besar di kancah perang
Kau harus kuat yakin pasti menang
Sekolah biasa saja jangan pintar-pintar percuma
Latihlah bibirmu agar pandai berkicau
Sebab mereka sangat perlu kicau yang merdu
Sekolah buatmu hanya perlu untuk titel
Pedulu titel didapat atau titel mu'jizat
Ya . . .Ya . . .Ya . . .Ya . . .
Sekolah buatmu hanya perlu untuk gengsi
Agar mudah bergaul tentu banyak relasi
Jadi penjilat yang paling tepat
Karirmu cepat uang tentu dapat
Jadilah Dorna jangan jadi Bima
Sebab seorang Dorna punya lidah sejuta
O. . . O . . . O . . . O . . .
Hidup sudah susah jangan dibikin susah
Cari saja senang walau banyak hutang
Munafik sedikit jangan terlalu jujur
Sebab orang jujur hanya ada di komik
Pilihlah jalan yang mulus tak banyak batu
Sebab batu-batu bikin jalanmu terhambat
Ya . . .Ya . . .Ya . . .Ya . . .
Pilihlah jalan yang bagus tak ada paku
Sebab paku itu sakit apalagi yang berkarat
Jadilah kancil jangan buaya
Sebab seekor kancil sadar akan bahaya
Jadilah bandit berkedok jagoan
Agar semua sangka engkau seorang pahlawan
Jadilah bunglon jangan sapi
Sebab seekor bunglon pandai baca situasi
Jadilah karet jangan besi
Sebab yang namanya karet tahan kondisi
O. . . O . . . O . . . O . . .
O. . . O . . . O . . . O . . .
Anakku aku nyanyiakan lagu
Waktu ayah tak tahan lagi menahan murka
Pesawat Tempurku
Iwan Fals
Waktu kau lewat
Aku sedang mainkan gitar
Sebuah lagu yang kunyanyikan
Tentang dirimu
Seperti kemarin
Kamu hanya lemparkan senyum
Lalu pergi begitu saja
Bagai pesawat tempur
Hei kau yang manis
Singgahlah dan ikut bernyanyi
Sebentar saja nona
Sebentar saja hanya sebentar
Rayuan mautku
Tak membuat kau jadi galak
Bagai seorang diplomat ulung
Engkau mengelak
Kalau saja aku bukanlah penganggur
Sudah kupacari kau
Jangan bilang tidak bilang saja iya
Iya lebih baik daripada kau menangis
Penguasa penguasa
Berilah hambamu uang
Beri hamba uang
Beri hamba uang
Penguasa penguasa
Berilah hambamu uang
Beri hamba uang
Beri hamba uang
Beri hamba uang
Beri hamba uang
Oh ya andaikata
Dunia tak punya tentara
Tentu tak ada perang
Yang banyak makan biaya
Oh oh ya andaikata
Dana perang buat diriku
Tentu kau mau singgah
Bukan cuma tersenyum
Kalau hanya senyum yang engkau berikan
Westerling pun tersenyum
Bersinggahlah sayang pesawat tempurku
Mendarat mulus didalam sanubariku
Penguasa penguasa
Berilah hambamu uang
Beri hamba uang
Beri hamba uang
Penguasa penguasa
Berilah hambamu uang
Beri hamba uang
Beri hamba uang
Beri hamba uang
Beri hamba uang
Beri hamba uang
Beri hamba uang
Beri hamba uang
Beri hamba uang
(Beri hamba uang)
Beri hamba uang
Beri hamba uang
Beri hamba uang
Beri hamba uang
Semoga Kau Benar
Iwan Fals
Berbondong-bondong
Orang cumbui angan
Di bibir pelabuhan
Tinggalkan tanah lahir desa tercinta
Menuju pulau surga
Selamat tinggal semua
Bukan aku tak cinta
Tiada lagi tersisa
Bahkan mimpi kubawa
Isak tangisan bayi dalam gendongan
Tak goyahkan lamunan
Raung sirine kapal jangkar diangkat
Segeralah berlayar
Selamat tinggal semua
Bukan aku tak cinta
Tiada lagi tersisa
Bahkan mimpi kubawa
A a a a a a a... A a a... A...
Perlahan-lahan kapal jauhi tepi
Malas mengangkut mimpi
Mercusuar dermaga dan burung
Camar mengusap air mata
Selamat jalan kawan
Bukan aku tak cinta
Mungkin saja kau benar
Semoga saja kau benar
A a a a a a a... A a a... A...
Selamat jalan kawan
S'moga kau benar
Selamat jalan
Selamat jalan
Iwan Fals - Album Antara Aku Kau dan Bekas Pacarmu
0 comments:
Post a Comment