![]() |
Iwan Fals- Ethiopia Cover Album 1986 |
Masih di Tahun 1986, diilhami dari bencana
kelaparan di Ethiopia, album ini cukup laris di pasaran karena peredarannya yang
pas dengan momen tersebut. Ada lagu ‘Willy’ yang bercerita tentang sahabat Iwan
yaitu WS. Rendra yang kabarnya mengasingkan diri karena dicekal oleh pemerintah
sebab puisi-puisinya yang terlalu keras. Lagu ‘Tikus-Tikus Kantor’ yang
liriknya menarik dan lucu sangat sesuai dengan kenyataan.
14-4-84
Iwan
Fals
Tahukah
kau
Kurindu
dirimu
Tahukah
kau
Rasakah
kasih
Cintaku
putih
Rasakah
kasih
Saat
gelisah begitu buas hancurkan jiwa
Saat
tak kuat lagi memendam marah
Sungguh
aku cinta (sayang) kau
Jangan
didik anak kita penakut
Jangan
ajar anak kita pengecut
Tolong
kabarkan tinjuku untuknya
Demi
kebenaran yang nyata
Istriku
manis senyum yang manis
Anakku
jantan tertawalah lantang
Istriku
manis jangan menangis
Anakku
jantan murkalah jantan
Berandal Malam di Bangku Terminal
Iwan
Fals
Sebentar
lagi pagi kan datang
Walau
sang bulan malas untuk pulang
Di
bangku terminal benakmu bertanda
Gelisah
seorang merasa terbuang
Sedetik
ingatnya seribu angannya
Dambakan
malam terus berbintang
Di
bawah sadarnya nasib bercerita
Hangatnya
surya bara neraka
Sampai
kapan kau akan bertahan
Dicaci
langit tak sanggup menjerit
Hitam
awan pasrah kau jilati
Kusam
kau dekap dengan muak kau lelap
Pagi
yang hingar dengan sadar engkau gentar
Jangan
jangan pagi kau hadirkan
Biarkan
malam terus berjalan
Jangan
jangan mentari kau terbitkan
Jangan
jangan pagi kau datangkan
Kumohon
dan aku harapkan
Jangan
jangan mentari kau terbitkan
Dengarlah
tuhan apa yang dibisikkan
Berandal
malam di bangku terminal
Bunga-bunga Kumbang-kumbang
Iwan
Fals
Apa
memang harus layu
Bunga
bunga
Setelah
sang kumbang
Menghisap
manisnya madumu
Apa
memang harus ingkar
Kumbang
kumbang
Setelah
sang bunga
Terkulai
layu tak berbunga
Bunga
bunga dilahirkan
Untuk
dihisap sang kumbang
Kumbang
kumbang dilahirkan
Untuk
menghisap sang bunga
Bunga
bunga dimekarkan
Untuk
digoda sang kumbang
Kumbang
kumbang diterbangkan
Untuk
menggoda sang bunga
Mengapa
bunga harus layu?
Setelah
kumbang dapatkan madu
Mengapa
kumbang harus ingkar?
Setelah
bunga tak lagi mekar
Mungkin
Tuhan telah takdirkan
Kumbang
kumbang
Campakkan
sang bunga
Setelah
layu tak berguna
Bunga
bunga dilahirkan
Untuk
dihisap sang kumbang
Kumbang
kumbang dilahirkan
Untuk
menghisap sang bunga
Bunga
bunga dimekarkan
Untuk
dicampakkan kumbang
Kumbang
kumbang diterbangkan
Untuk
mencampakkan bunga
Mengapa
bunga harus layu?
Setelah
kumbang dapatkan madu
Mengapa
kumbang harus ingkar?
Setelah
bunga tak lagi mekar
Entah
Iwan Fals
Entah
mengapa
Aku
tak berdaya
Waktu
kau bisikkan
Jangan
aku kau tinggalkan
Tak
tahu dimana
Ada
getar terasa
Waktu
kau katakan
Ku
butuh dekat denganmu
Seperti
biasa
Aku
diam tak bicara
Hanya
mampu pandangi
Bibir
tipismu yang menari
Seperti
biasa
Aku
tak sanggup berjanji
Hanya
mampu katakan
Aku
cinta kau saat ini
Entah
esok hari
Entah
lusa nanti
Entah
Sungguh
mati betinaku
Aku
tak mampu beri sayang yang cantik
Seperti
kisah cinta di dalam komik
Sungguh
mati betinaku
Buang
saja angan angan itu
Lalu
cepat peluk aku
Lanjutkan
saja langkah kita
Rasalah
Rasalah
Apa
yang terasa
Ethiopia
Iwan
Fals
Dengar
rintihan berjuta kepala
Waktu
lapar menggila
Hamparan
manusia tunggu mati
Nyawa
tak ada arti
Kering
kerontang meradang
Entah
sampai kapan
Datang
tikam nurani
Selaksa
do'a penjuru dunia
Mengapa
tak robah bencana
Menjerit
Afrika mengerang Ethiopia
Ethiopia
Ethiopia Ethiopia Ethiopia
Ethiopia
Ethiopia Ethiopia Ethiopia
Derap
langkah sang penggali kubur
Angkat
yang mati dengan kelingking
Parade
murka bocah petaka
Tak
akan lenyap kian menggema
Nafas
orang-orang disana
Merobek
telinga telanjangi kita
Lalat-lalat
berdansa cha cha cha
Berebut
makan dengan mereka
Tangis
bayi ditetek ibunya
Keringkan
airmata dunia
Obrolan
kita dimeja makan
Tentang
mereka yang kelaparan
Lihat
sekarat dilayar Tv
Antar
kita pergi ke alam mimpi
Ethiopia
Ethiopia Ethiopia Ethiopia
Ethiopia
Ethiopia Ethiopia Ethiopia
Di
sana terlihat ribuan burung nazar
Terbang
di sisi iga-iga yang keluar
Jutaan
orang memaki takdirnya
Jutaan
orang mengutuk nasibnya
Jutaan
orang marah . . . jutaan orang marah
Tak
bisa berbuat apa-apa
Setiap
detik selalu saja ada yang merintih
Setiap
menit selalu saja ada yang mengerang
Aku
dengar jeritan dari sini . . . aku dengar
Aku
dengar tangismu dari sini . . . aku dengar
Namun
aku hanya bisa mendengar
Aku
hanya bisa sedih
Hitam
kulitmu sehitam nasibmu kawan
Waktu
kita asik makan waktu kita asik minum
Mereka
haus . . . mereka lapar
Mereka
lapar . . . mereka lapar
Kontrasmu Bisu
Iwan
Fals
Tinggi
pohon tinggi berderet setia lindungi
Hijau
rumput hijau tersebar indah sekali
Terasa
damai kehidupan di kampungku
Kokok
ayam bangunkan ku tidur setiap pagi
Tinggi
gedung tinggi mewah angkuh bikin iri
Gubuk
gubuk liar yang resah di pinggir kali
Terlihat
jelas kepincangan kota ini
Tangis
bocah lapar bangunkan ku dari mimpi malam
Lihat
dan dengarlah riuh lagu dalam pesta
Diatas
derita mereka masih bisa tertawa
Memang
ku akui kejamnya kota Jakarta
Namun
yang kusaksikan lebih parah dari yang kusangka
Jakarta
oh Jakarta
Si
kaya bertambah gila dengan harta kekayaannya
Luka
si miskin semakin menganga
Jakarta
oh Jakarta
Terimalah
suaraku dalam kebisinganmu
Kencang
teriakku semakin menghilang
Jakarta
oh Jakarta
Kau
tampar siapa saja saudaraku yang lemah
Manjakan
mereka yang hidup dalam kemewahan
Jakarta
oh Jakarta
Angkuhmu
buahkan tanya
Bisu
dalam kekontrasannya
Jakarta
oh Jakarta
Jakarta
oh Jakarta
Jakarta
oh Jakarta
Jakarta
oh Jakarta
Jakarta
oh Jakarta
Lonteku
Iwan
Fals
Hembusan
angin malam waktu itu
Bawa
lari ku dalam dekapanmu
Kau
usap luka di sekujur tubuh ini
Sembunyilah-sembunyi
ucapmu
Nampak
jelas rasa takut di wajahmu
Saat
petugas datang mencariku
Lonteku
. . . Terima kasih
Atas
pertolonganmu di malam itu
Lonteku
. . . Dekat padaku
Mari
kita lanjutkan cerita hari esok
Walau
kita berjalan dalam dunia hitam
Benih
cinta tak pandang siapa
Meski
semua orang singkirkan kita
Genggam
tangan erat-erat kita melangkah
Lonteku
. . . Terima kasih
Atas
pertolonganmu di malam itu
Lonteku
. . . Dekat padaku
Mari
kita lanjutkan cerita hari esok
Walau
kita berjalan dalam dunia hitam
Benih
cinta tak pandang siapa
Meski
semua orang singkirkan kita
Genggam
tangan erat-erat kita melangkah
Lonteku
. . . Terima kasih
Atas
pertolonganmu di malam itu
Lonteku
. . . Dekat padaku
Mari
kita lanjutkan cerita hari esok
Sebelum Kau Bosan
Iwan
Fals
Sebelum
kau bosan
sebelum
aku menjemukan
Tolonglah
ucapkan
dan
tolong engkau ceritakan
Semua
yang indah semua yang cantik
Berjanjilah
Ciptakanlah
lagu yang kau anggap merdu, dik
Nyanyikan
untukku sungguh aku perlu itu
Bila
kau tak suka bilang saja suka
Berjanjilah
Pergilah
kau pergi
Dan
janganlah kembali
Bila
itu kau ingini
Kumohon
jangan katakan pergi
Jarak
telah jauh yang sudah kita tempuh, dik
Coba
pikir itu sebelum tinggalkan aku
Teruslah
berdusta sampai engkau muak
Berjanjilah
Tikus-tikus Kantor
Iwan
Fals
Kisah
usang tikus-tikus kantor
Yang
suka berenang di sungai yang kotor
Kisah
usang tikus-tikus berdasi
Yang
suka ingkar janji lalu sembunyi
Di
balik meja teman sekerja
Di
dalam lemari dari baja
Kucing
datang cepat ganti muka
Segera
menjelma bagai tak tercela
Masa
bodoh hilang harga diri
Asal
tidak terbukti ah tentu sikat lagi
Tikus-tikus
tak kenal kenyang
Rakus-rakus
bukan kepalang
Otak
tikus memang bukan otak udang
Kucing
datang tikus menghilang
Kucing-kucing
yang kerjanya molor
Tak
ingat tikus kantor datang men-teror
Cerdik
licik tikus bertingkah tengik
Mungkin
karena sang kucing
Pura-pura
mendelik
Tikus
tahu sang kucing lapar
Kasih
roti jalanpun lancar
Memang
sial sang tikus teramat pintar
Atau
mungkin sikucing yang kurang ditatar
Willy
Iwan
Fals
Si
anjing liar dari jogjakarta
Apa
kabarmu?
Kurindu
gonggongmu
Yang
keras hantam cadas
Si
kuda binal dari jogjakarta
Sehatkah
dirimu?
Kurindu
ringkikmu
Yang
genit memaki onar
Di
mana kini kau berada?
Tetapkah
nyaring suaramu?
Si
mata elang dari jogjakarta
Resahkah
kamu?
Kurindu
sorot matamu
Yang
tajam belah malam
Di
mana runcing kokoh paruhmu?
Tetapkah
angkuhmu hadang keruh?
Masih
sukakah kau mendengar?
Dengus
nafas saudara kita yang terkapar
Masih
sukakah kau melihat?
Butir
keringat kaum (orang) kecil yang terjerat
Oleh
slogan slogan manis sang hati laknat
Oleh
janji janji muluk tanpa bukti
Di
mana kini kau berada?
Tetapkah
nyaring suaramu?
Di
mana runcing kokoh paruhmu?
Tetapkah
angkuhmu hadang keruh?
Iwan Fals - Album Lancar 1987
0 comments:
Post a Comment