![]() |
Iwan Fals - Matadewa Cover Album 1989 |
Album ini adalah gebrakan terbesar sepanjang
sejarah musik Iwan Fals. Setiawan Djodi selaku pemilik Airo Records tertarik
dengan kolaborasi Iwan dan Ian Antono pada album 1910. Dia mengajak Iwan dan
Ian bergabung dibawah bendera perusahaan rekamannya untuk membuat album Mata
Dewa. Kebetulan kontrak Iwan dengan Musica sudah berakhir.
Album ini dikerjakan dengan sangat profesional
didukung teknologi yang canggih. Hasilnya, luar biasa, meledak dipasaran. Vokal
Iwan menjadi lebih nge-rock, musiknya kental dengan nuansa rock – ballads.
Sebenarnya pada album ini sebagian adalah lagu lama
yang di aransmen ulang dengan gaya vokal Iwan yang berbeda. Lagu ‘Mata Dewa’
menjadi hits, pada lagu ini Setiawan Djodi ikut menjadi backing vokal, lagu
‘Nona’, ‘Air Mata Api’, hebat. Lagu lama yang di aransmen ulang adalah ‘Puing’,
‘Berkacalah Jakarta’, ‘PHK’, ‘Bakar (atau Timur Tengah II)’, dikerjakan dengan
serius dan bermutu. Lagu lama yang menjadi super hits di album ini adalah lagu
‘Yang Terlupakan’.
Air Mata Api
Iwan Fals
Aku adalah lelaki tengah malam
Ayahku harimau, ibuku ular
Aku dijuluki orang sisa-sisa
Sebab kerap merintih, kerap menjerit
Temanku gitar, temanku lagu
Nyanyikan tangis, marah dan cinta
Temanku niat, temanku semangat
Yang kian hari kian berkarat
Semakin berkarat
Aku berjalan orang cibirkan mulut
Aku bicara mereka tutup hidung
Aku tersinggung peduli nilai-nilai
Aku datangi dengan segunung api
Mereka lari ke ketiak ibunya
Ku tak perduli marahku menjadi
Mereka lari ke meja ayahnya
Aku tak mampu tenaga ku terkuras
Lelaki tengah malam terkulai di tepi malam 4x
Orang sisa-sisa menangis
Orang sisa-sisa mengais
Air matanya, air matanya, air matanya . . . api
Bakar (Timur Tengah II) (versi kedua, versi pertama ada di album Aku Sayang Kamu)
Iwan Fals
Tuhan tolong dengarkan
Nyanyian pinggir jalan
Malam di bawah bulan
Dalam waktu yang rawan
Marah dibawah tanah
Di langit ada merah
Menuju satu arah
Bakar bakar
Di sana ada bohong
Di sana ada mayat
Di sana ada suara
Bom bom
Raut muka resah
Orang orang susah
Ada banyak mata
Buta
Resah luka kaki
Semakin menjadi
Ada banyak kuping (telinga)
Tuli
Malam hampir pagi
Debu jalan datang lagi
Malam hampir pagi
Bising mesin bunyi lagi
Malam hampir pagi
Kelicikan mulai lagi
Malam hampir pagi
Teriakku hilang lagi
Berkacalah
Jakarta (versi kedua, versi pertama ada di album Sugali)
Iwan Fals
Langkahmu cepat seperti terburu
Berlomba dengan waktu
Apa yang kau cari belumkah kau dapati
Diangkuh gedung gedung tinggi
Riuh pesta pora sahabat sejati
Yang hampir selalu saja ada
Isyaratkan enyahlah pribadi
Lari kota Jakarta lupa kaki yang luka
Mengejek langkah kura-kura
Ingin sesuatu tak ingat bebanmu
Atau itu ulahmu kota
Ramaikan mimpi indah penghuni
Jangan kau paksakan untuk berlari
Angkuhmu tak peduli
Luka di kaki
Jangan kau paksakan untuk tetap terus berlari
Bila luka di kaki belum terobati
Berkacalah Jakarta
Lari kota Jakarta lupa kaki yang luka
Mengejek langkah kura-kura
Ingin sesuatu tak ingat bebanmu
Atau itu ulahmu kota
Ramaikan mimpi indah penghuni
Jangan kau paksakan untuk berlari
Angkuhmu tak peduli
Luka di kaki
Jangan kau paksakan untuk tetap terus berlari
Bila luka di kaki belum terobati
Berkacalah Jakarta
Mata Dewa
Iwan Fals
Di atas pasir senja pantai Kuta
Saat kau rebah di bahu kiriku
Helai rambutmu halangi khusukku
Nikmati ramah mentari yang pulang
Seperti mata dewa
Seperti mata dewa
Seperti mata dewa
Seperti mata dewa
Aku berdiri tinggalkan dirimu
Waktu sinarnya jatuh di jiwaku
Gemuruh ombak sadarkan sombongku
Ajaklah aku wahai sang perkasa
Seperti mata dewa
Seperti mata dewa
Seperti mata dewa
Seperti mata dewa
Yang menangis tinggalkan diriku
Yang menangis lupakanlah aku
Yang menangis tinggalkan diriku
Yang menangis lupakanlah aku
Senja di hati
Lidah gelombang jilati batinku
Belaian karang sampai kejantungku
Jingga matahari ajak aku pergi
Kasihku tulus setulus indahmu
Seperti mata dewa
Seperti mata dewa
Seperti mata dewa
Seperti mata dewa
Yang menangis tinggalkan diriku
Yang menangis lupakanlah aku
Yang menangis tinggalkan diriku
Yang menangis lupakanlah aku
Senja di hati
Seperti mata dewa
Seperti mata dewa
Senja di hati
Seperti mata dewa
Senja di hati
Seperti mata dewa
Senja di hati
Nona
Iwan Fals
Sudah cukup jauh
Perjalanan ini
Lewati duka lewati tawa
Lewati segala persoalan
Kucoba berkaca
Pada jejak yang ada
Ternyata aku sudah tertinggal
Bahkan jauh tertinggal
Bodohnya diriku
Tak percaya padamu
Lalu sempat aku berfikir
Untuk tinggalkan kamu
Nona maafkan aku
Nona peluklah aku
Nona begitu perkasanya dirimu
Yakiniku
Nona marahlah padaku
Nona
Nonaku
Aku tak peduli
Apa kata mereka
Hari ini engkau di sini
Esok tetap di sini
Nona maafkan aku
Nona peluklah aku
Nona begitu perkasanya dirimu
Yakiniku
Nona marahlah padaku
Nona
Nonaku
Nona maafkan aku
Nona nona nona nonaku
Nona nona nona nonaku
Perempuan
Malam
Iwan Fals
Perempuan malam mandi di kali
Buih-buih busa shampo ketengan
Di atas kepala lewat kereta
Yang berjalan lamban nakal menggoda
Disambut tawa renyah memecah langit
Dengus kereta semakin genit
Semua noda coba dibersihkan
Namun masih saja terlihat kotor
Karena kereta kirimkan debu
Yang datang tak mampu ia tepiskan
Perempuan malam kenakan handuknya
Setelah usap seluruh tubuhnya
Hangatkan tubuh di cerah pagi pada matahari
Keringkan hati yang penuh tangis walau hanya sesaat
Segelas kopi sebatang rokok segurat catatan yang
tersimpan
Perempuan malam menunggu malam untuk panjangnya
malam
Oo oo oo oo
Oo oo oo oo
Perempuan malam di ikat tali
Di hidup di mimpi di hatinya
Aku hanya lihat dari jembatan
Tanpa mampi untuk melepaskan
Perempuan malam di pinggir jerami
Nyanyikan do'a nyalakan api
Perempuan malam di pinggir jerami
Nyanyikan do'a nyalakan api
PHK (versi
kedua, versi pertama ada di Album Wakil Rakyat)
Iwan Fals
Lelaki renta setengah baya
Geram di trotoar jalan
Saat panas tikam kepala
Seorang buruh disingkirkan
Bising mesin menyulut resah
Masih bisa engkau pendam
Canda anak istri di rumah
Bangkitkan kau untuk bertahan
Oh ya ya Oh ya ya Oh ya
Oh ya ya Oh ya ya Oh ya
Pesangon yang engkau kantongi
Tak cukup redakan gundah
Tajam pisau kepalan tangan
Antarkan kau ke pintu penjara
Oh ya ya oh ya ya oh ya
Oh ya ya oh ya ya oh ya
Sedanau nanah dari matamu
Tak mampu jatuhkan hati mereka
Serimba luka di dalam jiwa
Juga tak berarti
Hitam benak
Kini mulai akrab
Hitam benak
Isi hari-harimu
Kau tafakur di jeruji pengap
Kau menjerit coba melawan
Pinggiran
Kota Besar
Iwan Fals
Pinggiran kota besar nafasmu begitu hingar
Kudengar dari sini bagai nyanyian nyamuk
Cerobong asap pabrik berlomba ludahi langit
Barisan mobil besar gelisah angkut barang
Ada kabar engkau tuli
Pinggiran kota besar kulihat tidur mendengkur
Di ranjang banyak orang peduli kau bermimpi
Selagi cumbu nyenyak asyiknya buang kotoran
Lukai hari kami cemari hati ini
Ada kabar engkau buta
Sungai kotor bau dan beracun penuh limbah kimia
Kita mandi mencuci di sana lihatlah... lihatlah...
Ikan-ikan pergi atau mati tak kulihat yang pasti
Kau yang tidur bangunlah segera lihatlah...
lihatlah... Tuan... !
Telanjang anak kecil berenang di sungai yang kotor
Tertawa riang bercanda sambil menggaruk koreng
Pinggiran kota besar merasa tidur terganggu
Beranjak dari ranjang tutup pintu jendela... tutup
pintu jendela...
Hitam kaliku, hitam legam hatiku
Legam hariku, legam hitam kaliku
Hitam kaliku, hitam legam hatiku
Legam hariku, legam hitam kaliku
Puing (versi kedua, versi pertama ada di album Sumbang)
Iwan Fals
Perang perang lagi
Semakin menjadi
Berita ini hari
Berita jerit pengungsi
Lidah anjing kerempeng
Berdecak keras beringas
Melihat tulang belulang
Serdadu boneka yang malang
Tuan tolonglah tuan
Perang dihentikan
Lihatlah ditanah yang basah
Air mata bercampur darah
Bosankah telinga tuan
Mendengar teriak dendam
Jemukah hidung tuan
Mencium amis jantung korban
Jejak kaki para pengungsi
Bercengkrama dengan derita
Jejak kaki para pengungsi
Bercerita pada penguasa
( Bercerita pada penguasa )
Tentang ternaknya yang mati
Tentang temannya yang mati
Tentang adiknya yang mati
Tentang abangnya yang mati
Tentang ayahnya yang mati
Tentang anaknya yang mati
Tentang neneknya yang mati
Tentang pacarnya yang mati
( Tentang ibunya yang mati )
Tentang istrinya yang mati
Tentang harapannya yang mati
Perang perang lagi
Mungkinkah berhenti
Bila setiap negara
Berlomba dekap senjata
Dengan nafsu yang makin menggila
Nuklir pun tercipta
( nuklir bagai dewa )
Tampaknya sang jenderal bangga
Dimimbar dia berkata
Untuk perdamaian (bohong)
Demi perdamaian (bohong)
Guna perdamaian (bohong)
Dalih perdamaian (bohong)
Mana mungkin
Bisa terwujudkan
Semua hanya alasan
Semua hanya bohong besar
Yang Terlupakan (versi
kedua, versi pertama ada di album Sarjana Muda)
Iwan Fals
Denting piano kala jemari menari
Nada merambat pelan dikesunyian malam
Saat datang rintik hujan bersama sebuah bayang
Yang pernah terlupakan
Hati kecil berbisik untuk kembali padanya
Seribu kata menggoda seribu sesal didepan mata
Seperti menjelma waktu aku tertawa
Kala memberimu dosa
Oh, maafkanlah
Oh, maafkanlah
Rasa sesal didasar hati diam tak mau pergi
Haruskah aku lari dari kenyataan ini
Pernah ku mencoba tuk sembunyi
Namun senyummu tetap mengikuti
Iwan Fals - Album Swami I 1989
0 comments:
Post a Comment