![]() |
Iwan Fals - Wakil Rakyat Cover Album. |
Album yang musiknya digarap Bagoes A.A. ini meledak
dipasaran menjelang pemilu dan menimbulkan kontroversi yang hebat. Iwan kembali
membangkang setelah sekian album melunak. Dia kembali menjadi ‘nakal’.
Lagu ‘Wakil Rakyat’ yang mengisahkan wakil rakyat
yang suka tidur waktu rapat ditanggapi sinis oleh penguasa. Lagu ini bahkan
sempat di cekal tidak boleh ditayangkan di televisi karena dianggap mengganggu
stabilitas politik.
Namun Iwan dan Musica tidak kurang senjata, hits
‘Mata Indah Bola Pingpong’ menjadi cadangan yang tidak kalah larisnya.
Radio-radio meletakkan lagu ini pada puncak tangga lagu Indonesia selama
beberapa bulan.
Diet
Iwan Fals/Bagoes AA.
Susahnya menghadapi godaan
Mencium harum lezat makanan
Rasanya lidah ingin cicipi
Melihat balado kacang dan teri
Kau lupakan semua aturan
Ahli gizi yang tampan
Resiko soal belakang
Asalkan sang perut kenyang
Delapan puluh dua kilogram
Mengundang mata untuk memandang
Menyesal benci pada sang perut
Sedangkan lapar terus menuntut
Jikalau engkau sadar
Nafsu makan dilawan
Bangun tidur pagi buta
Lincahnya senam irama
Seminggu engkau jalani
Nasehat sang ahli gizi
Namun tak lama berselang
Godaan goyahkan iman
Majalah yang sedang engkau baca
Tawarkan resep gulai buaya
Nikmatnya engkau lama berhayal
Tak tahan kau makan tanpa sesal
Dimana
Iwan Fals/Bagoes AA.
Sempat aku goyah, sekejap terjatuh
Di dalam arungi perjalanan
Pada kelam hari akupun bersujud
Nikmati semuanya tanpa tanya
Kucoba selami dalamnya samudera
Ikuti gelombang terjang karang
Tetap tak kudapat apa yang kumau
Hanya bimbang yang singgah dera jiwa
Cakar hati penat semakin selimuti
Dimana senyummu yang sanggup memberi rasa damai
Dimana senyummu yang hangatkan nadiku yang beku
Hampir ku tak kuat, hampir ku tak mampu
Lewati jalan kering berdebu
Dahaga meronta, letihku menggila
Namun jarak masihlah teramat jauh
Batinku terapung, bosanku melangkah
Engkau tetap saja tak bergeming
Otakku berderak, lontarkan kecewa
Tak mau percaya yang kau janjikan
Pada waktu detak jantung semakin lemah
Dimana senyummu yang sanggup memberi rasa damai
Dimana senyummu yang hangatkan nadiku yang beku
Setetes air yang kau beri kan berarti bagiku
Seulas senyum di sisa hari kan berarti bagiku
Emak
Iwan Fals/Bagoes AA.
Tanpa engkau
Sedikitpun tiada artinya aku
Bagiku kau api
Yang berikan hangat begitu kuat
Pada beku nadi
Tiada dua
Engkau hadirkan cinta tak berahir
Tak kan pernah mampu
Kulukis putihmu lewat lagu
Maafkanlah aku
Bagai bening mata air
Memancar tak henti
Mungkin masihlah teramat kurang
Bagai sinar matahari
Yang tak kenal bosan
Berikan terangnya pada kita
Kaulah segalanya
Hanya ini
Yang sanggup kutulis untukmu bunda
Jangan tertawakan
Simpan dalam hatimu yang sejuk
Rimbun akan doa
Kau berikan semuanya
Yang a kau beri
Tanpa set-tikpun harap balas
Kau kisahkan segalanya
Tanpa ada duka
Walaupun air matamu tumpah
Tenggelamkan dunia
Bagai sinar matahari
Yang tak kenal bosan
Berikan terangnya pada jiwa
Kau berikan semuanya
Yang a kau beri
Tanpa set-tikpun harap balas
Agungnya engkau
Bagai luas laut biru
Batinmu untukku
Selalu ada tempat tuk resahku
Bagai bening mata air
Memancar tak henti
Sirami jiwaku waktu kecewa
Datang menggoda
Guru Zirah
Iwan Fals
Dia cantiknya guru muda kelasku
Zirah namamu asli cangkokan jawa
Busana biasa saja
Ramping kau punya pinggang
Tahi lalatmu genit nangkring di jidat
Goda batinku kilikitik imanku
Pantatmu aduhai
Bagai salak raksasa
Merah bibirmu bukan polesan pabrik
Mulus kulitmu tak perlu lagi ke salon
Betismu bukan main
Indah bak padi bunting
Tidur pun aku tak nyenyak
Sebelum aku sebutkan
Namamu
Guru zirah bodi montok
Rasanya ingin punya bank
Tuk traktir engkau seorang
Impianku
Guru zirah bodi montok
Baru melihat kaki ibu melangkah
Hati didalam dag dig dug mirip beduk
Apalagi he he he
Tak kan kuat ku berdiri
Zirah guruku ibu manis bak permen
Berilah les privat agar otakku paten
Hadiahku tas plastik
Boleh pesan di butik
Tidur pun aku tak nyenyak
Sebelum aku sebutkan
Namamu
Guru zirah bodi montok
Rasanya ingin punya bank
Tuk traktir engkau seorang
Impianku
Guru zirah vewe kodok
Kalau setuju kita bolos sehari
Bohong sedikit mungkin tuhan tak marah
Asmara tak bedakan
Aku murid kau guru
Kebun binatang lokasi yang ideal
Murah meriah ongkos buat pacaran
Ku tahu gaji ibu
Hanya cukup untuk beli tahu
Tidur pun aku tak nyenyak
Sebelum aku sebutkan
Namamu
Guru zirah bodi montok
Rasanya ingin punya bank
Tuk traktir engkau seorang
Impianku
Guru zirah vewe kodok
Libur Kecil Kaum Kusam
Iwan Fals
Nikmat kau hisap asap tembakau
Di bangku rumah kontrakan
Sore selesai kerja sehari
Tunggu istri berdandan
Janji pergi berkencan
Tak kalah dengan orang gedean
Dalam rasakan senang
Walau lembaran gaji sebulan
Hanya cukup untuk kakus
Soal rekreasi sih harus
Setianya anak istri
Menantikan bahagia
Sehari bagaikan sang raja
Selesai anak istri berdandan
Tembakau kau matikan
Jendela pintu lalu kau kunci
Tentu tak sabar mereka pergi
Stop bis kota dengan pasti
Libur kecil kaum kusam
Yang teramat manis begitu romantis
Walau sekali setahun
Tuhan rangkulah
Jangan kau tinggalkan
Waktu mereka
Pergilah derita ini hari
Berilah tawa yang terkeras
Untuk obati tangis lalu
Limpahkan senang paling indah
Agar luka tak nyeri
Agar duka tak menari
Mata Indah Bola Pingpong
Iwan Fals
Pria mana yang tak suka
senyummu juwita
Kalau ada yang tak suka
mungkin sedang goblok
Engkau baik
Engkau cantik
Kau wanita, aku cinta
Mata indah bola pingpong
masihkah kau kosong
Bolehkah aku membelai
hidungmu yang aduhai
Jangam marah kalau ku goda
Sebab pantas kau kugoda
Salah sendiri kau manis
Punya wajah teramat manis
Wajar saja kalau ku ganggu
Sampai kapan pun ku rindu
Lepaskan tawamu nona
Agar tak murung dunia
Engkau baik
Engkau cantik
Kau wanita, aku cinta
Aku puja kau betina
Bukan gombal
Aku yang gila
PHK
Iwan Fals
Lelaki renta setengah baya
Geram di trotoar jalan
Saat panas tikam kepala
Seorang buruh disingkirkan
Bising mesin menyulut resah
Masih bisa engkau pendam
Canda anak istri di rumah
Bangkitkan kau untuk bertahan
Oh ya ya Oh ya ya Oh ya
Oh ya ya Oh ya ya Oh ya
Pesangon yang engkau kantongi
Tak cukup redakan gundah
Tajam pisau kepalan tangan
Antarkan kau ke pintu penjara
Oh ya ya oh ya ya oh ya
Oh ya ya oh ya ya oh ya
Sedanau nanah dari matamu
Tak mampu jatuhkan hati mereka
Serimba luka di dalam jiwa
Juga tak berarti
Hitam benak
Kini mulai akrab
Hitam benak
Isi hari-harimu
Kau tafakur di jeruji pengap
Kau menjerit coba melawan
Potret Panen Mimpi Wereng
Iwan Fals/Ma'mun
Panen tiba petani desa
Memetik harapan
Bocah bocah berlari lincah
Dipematang sawah
Padi menguning lambai menjuntai
Ramai dituai
Riuh berlagu lesung bertalu
Irama merdu
Senja datang mereka pulang
Membawa harapan
Pesta pora hama dilumbung
Nyanyikan tralala
Balai reot bambu rapuh
Menyambut tubuh
Penat raga
Sarat peluh luruh
Mata belum sempat pejam
Terbayang cemas
Gaung hama
Semakin mengganas
Surat Buat Wakil Rakyat
Iwan Fals/Ma'mun
Untukmu yang duduk sambil diskusi
Untukmu yang biasa bersafari
Di sana, di gedung DPR
Wakil rakyat kumpulan orang hebat
Bukan kumpulan teman teman dekat
Apalagi sanak famili
Di hati dan lidahmu kami berharap
Suara kami tolong dengar lalu sampaikan
Jangan ragu jangan takut karang menghadang
Bicaralah yang lantang jangan hanya diam
Di kantong safarimu kami titipkan
Masa depan kami dan negeri ini
Dari Sabang sampai Merauke
Saudara dipilih bukan dilotre
Meski kami tak kenal siapa saudara
Kami tak sudi memilih para juara
Juara diam, juara he'eh, juara ha ha ha
Untukmu yang duduk sambil diskusi
Untukmu yang biasa bersafari
Di sana, di gedung DPR
Di hati dan lidahmu kami berharap
Suara kami tolong dengar lalu sampaikan
Jangan ragu jangan takut karang menghadang
Bicaralah yang lantang jangan hanya diam
Wakil rakyat seharusnya merakyat
Jangan tidur waktu sidang soal rakyat
Wakil rakyat bukan paduan suara
Hanya tahu nyanyian lagu "setuju
Teman Kawanku Punya Teman
Iwan Fals/Ma'mun
Kawanku punya teman
Temannya punya kawan
Mahasiswa terakhir
Fakultas dodol
Lagaknya bak profesor
Pemikir jempolan
Selintas seperti sibuk
Mencari bahan skripsi
Kaca mata tebal
Maklum kutu buku
Ngoceh paling jago
Banyak baca kho ping hoo
Bercerita temanku
Tentang kawan temannya
Nyatanya skripsi beli
Oh disana
Buat apa susah-susah bikin skripsi sendiri
Sebab ijazah bagai lampu kristal yang mewah
Ada diruang tamu hiasan lambang gengsi
Tinggal membeli tenang sajalah
Saat wisuda datang
Dia tersenyum tenang
Tak nampak dosa
Di pundaknya
Sarjana begini, banyaklah
Di negeri ini
Tiada bedanya dengan roti
Menangis orang tua
Lihat anaknya bangga
Lahirlah sudah si jantung bangsa
Aku hanya terdiam
Sambil kencing diam-diam
Dengar kisah temanku
Punya kawan
Iwan Fals - Album 1910
0 comments:
Post a Comment