Monday, June 4, 2018

Tragedi Tiananmen, Sejarah Kelam Republik Rakyat China

Tragedi Pembantaian Tiananmen
Pict by: Kaskus


Keganasan kekuasaan tentara di Cina
Telah menjadi sejarah yang tak kan terlupa
Mahasiswa dan rakyat damainya menghadang tank
Menjadi tumbal kesombongan para jenderal di punggung naga...


Hari ini, tepat 29 tahun yang lalu, sebuah tragedi memilukan dalam sejarah terjadi. 4 Juni 1989, sedikitnya 10.000 mahasiswa dan masyarakat sipil yang berada di sekitar lapangan Tiananmen kota Beijing, China tewas dibantai oleh keganasan pasukan militer China.


Kumpulan demonstran yang menuntut gerakan kebebasan berdemokrasi tersebut akhirnya lebih dikenal sebagai Tiananment Square Massacre atau Pembantaian Tiananmen. Protes damai yang dilakukan mahasiswa bersama masyarakat sipil ditanggapi dengan tembakan peluru tajam membabi-buta serta serbuan tank yang dilakukan militer pemerintahan komunis RRC.

Tragedi Pembantaian Tiananmen
Pict by : youtube
Demonstrasi yang dilakukan pada 3-4 Juni 1989 itu sendiri merupakan puncak dari serangkaian aksi sejak April 1989 yang dipicu oleh meninggalnya Hu Yaobang, seorang reformis liberal yang juga mantan Sekjen partai komunis China yang digulingkan secara paksa pada Januari karena aktif dan kritis menyerang kebijakan pemerintah, pembatasan kebebasan berbicara serta perilaku korup dan nepotis dari pejabat pemerintahan.

Sekitar tanggal 17 – 18 Mei 1989, lebih kurang 1 juta warga Beijing berbaris dan berparade menuju lapangan Tiananmen, beberapa tokoh dari partai oposisi, kepolisian dan kaum cendikiawan ikut bergabung dalam aksi solidaritas tersebut. Pada 20 Mei 1989, pemerintah mengeluarkan semacam dekrit dan mengerahkan sedikitnya 30 batalion militer, dengan total 250 ribu tentara dikerahkan ke ibu kota negara melalui jalur darat serta udara untuk “mengatasi” aksi yang oleh pemerintah dianggap sebagai tindakan kontra-revolusioner tersebut. [1]

Tragedi Pembantaian Tiananmen
Pict by : kaskus
Kumpulan massa menghadang tank-tank pasukan militer China yang hendak masuk ke ibu kota, membujuk para tentara sambil memberi/mengirimi mereka makanan untuk ikut bergabung dalam aksi tersebut. Pasukan tentara pun tertahan. 24 Mei pihak otoritas militer dan pemerintah memutuskan untuk menarik mundur pasukan kembali ke markas mereka di luar kota Beijing. Tentunya hal ini disambut gembira oleh rakyat yang mengira telah berhasil dengan perjuangan mereka.

1 Juni, Perdana Menteri RRC, Li Peng mengeluarkan laporan yang di beri judul “Kebenaran Sejati dari Sebuah Gejolak” pada Politbiro yang intinya membujuk Lembaga Politbiro untuk melegalisasi tindakan “pembersihan” terhadap aksi di Lapangan Tiananmen karena protes rakyat sudah menjurus pada tindakan terorisme serta kontra revolusioner.

Keesokan harinya, Deng Xiaoping dan beberapa tetua partai bertemu Li Peng, Qiao Shi dan Yao Yilin dari Politbiro menyepakati upaya membersihkan lapangan Tiananmen dengan cara yang “sedamai” mungkin, namun apabila kaum pemrotes melawan maka pasukan diberi otorisasi untuk melakukan segala cara atau tindakan apapun yang diperlukan.

One million Chinese can be considered a small number ~ Deng Xiaoping

3 Juni 1989 pagi, Politbiro kemudian melakukan pertemuan tertutup dengan Walikota Beijing, menghasilkan perintah terakhir untuk menegakan hukum darurat, yang isinya adalah: 1. Operasi penumpasan kerusuhan kontra-revolusioner. 2. Unit militer mengepung lapangan Tiananmen pukul 1 pagi pada 4 Juni dan lapangan sudah harus dibersihkan pada pukul 6 pagi. 3. Penundaan tidak akan ditoleransi.

Pukul 10.30 pagi, laju Pasukan militer unit 38 Angkatan Darat sempat tertahan di Muxidi, sekitar 5 km sebelah barat Tiananmen karena demonstran membakar bis yang diparkir melintang di jembatan, beberapa warga mencoba mengepung tentara untuk menghalangi gerak lajunya.

Namun, tak seperti sebelumnya, kali ini tentara tidak lagi mundur akan tetapi mulai menembaki kerumunan hingga menewaskan banyak orang, tentara bahkan menembaki apartemen di sekitar Muxidi, tentara kemudian menggunakan kendaraan lapis baja untuk melindas bus dan bahkan orang yang menghalangi jalan.

Tragedi Pembantaian Tiananmen
Pict by : youtube
Tentara terus menembaki demonstran yang mencoba mendirikan barikade serta rantai manusia, mayat pun bergelimpangan di sepanjang jalan antara kawasan Chang’an, Liubukou, Fuxingmen, Nanlishilu, Xidan hingga Tiananmen.

Seorang saksi yang namanya disamarkan mengatakan bahwa Pasukan Militer Unit 27 menembak sembarang ke arah kumpulan orang. "Mereka menembak acak ke perkumpulan orang, apakah itu demonstran atau bukan." Menurut saksi, tentara terlihat "tertawa" saat menembaki warga. [2]

Kesaksian lainnya sempat disampaikan oleh warga pada investigasi media Christian Science Monitor di peringatan Tiananmen ke-19 tahun lalu. Dia mengatakan, tentara muncul di Tiananmen pada malam tanggal 3 Juni 1989. Pagi dini harinya, mereka mulai menembak. [3]

Aksi penembakan, kata saksi, tidak tertangkap kamera. Tidak ada pembantaian di Lapangan Tiananmen sendiri, ataupun di sekitar Patung Kebebasan/Dewi Demokrasi yang dibuat mahasiswa. Tidak ada juga "sungai darah" seperti mitos yang disebarkan media. Saksi mengatakan, di Lapangan Tiananmen sendiri, hanya 10 -12 mahasiswa yang tewas.

Tentara, kata saksi, mengincar mahasiswa yang jauh dari tangkapan kamera, di sekitar Kota Terlarang. Di pinggir-pinggir jalan, sebelah barat Beijing. Ribuan orang tewas, termasuk mahasiswa dan warga sipil yang berusaha melindungi mereka.

Semua rumah sakit di dalam kota dibanjiri oleh ribuan korban luka dan tewas. Dokumen intelijen mencatat percakapan saksi dari Amerika dengan seorang dokter wanita yang bekerja di malam 4 Juni yang nahas itu. Dia mengatakan, pihak rumah sakit menolak memberikan lagi mayat-mayat mahasiswa pada Biro Keamanan Publik China. Pasalnya, semua mayat yang diberikan pada mereka langsung dikremasi, tanpa sempat diidentifikasi. [4]

Pihak rumah sakit kemudian memotret mayat-mayat untuk diidentifikasi. Sumber mengatakan, dokter berani melakukan ini karena 85 persen dari mereka pernah belajar di Amerika. Para dokter yakin, AS akan melindungi mereka.

Tragedi Pembantaian Tiananmen
Pict by : youtube
"Pahlawan sebenarnya dalam pembantaian itu adalah pengayuh becak yang sukarela mengangkut korban terluka atau tewas dari wilayah Tiananmen ke rumah sakit, mempertaruhkan nyawa demi hal ini," kata sumber AS.

Para pengunjuk rasa sendiri bukan tidak melakukan perlawanan, selain mencoba menghalangi gerak laju pasukan dengan barikade, mahasiswa, pelajar, buruh serta warga sipil juga menyerang tentara menggunakan segala macam benda mulai dari batu, kayu hingga bom molotov, terlebih ketika kabar terjadinya pertumpahan darah di barat dan selatan Tiananmen sampai ke demonstran lainnya yang berkumpul di Lapangan Tiananmen.


Pukul 2 pagi,  tembakan kembali terdengar dari moncong senapan pasukan militer tersebut. Jalanan Beijing terdengan seperti zona perang. Pukul 4 pagi lampu di sekitar Lapangan Tiananmen dimatikan dan suasana menjadi gelap gulita, terdengar pengumuman dari loudspeaker yang dikuasai pemerintah yang menyerukan bila pembersihan Lapangan Tiananmen akan segera dimulai.

Pukul 4.30 lampu kembali dinyalakan dan terlihat pasukan mulai bergerak maju dari 4 sisi lapangan dan mulai memukuli para demonstran, merebut serta merusak kamera atau alat perekam lain yang dipegang oleh mahasiswa. Akhirnya, pada sekitar pukul 6 pagi, lapangan telah berhasil “dibersihkan” dari para demonstran, sesuai jadwal dari maklumat pihak otoritas, para demonstran yang tersisa berkonvoi untuk kembali ke kampus mereka di kejar menggunakan 3 buah tank yang menembakan gas air mata, satu diantara tank tersebut bahkan menabrak kerumunan massa hingga menewaskan 11 orang dan puluhan lain yang terluka. [5]

Pagi harinya, ribuan warga, sebagian terdiri dari orangtua para mahasiswa, mencoba memasuki kembali Lapangan Tiananmen, namun mereka berhadapan dengan pasukan infanteri yang langsung menembaki kearah kerumunan, hal ini berulang beberapa kali menimbulkan kepanikan dan korban jiwa pun kembali berjatuhan.

Peristiwa ini menjadi sorotan dunia Internasional, termasuk di Indonesia yang saat itu sedang di kuasai oleh kekuatan militer. Sampai-sampai legenda hidup musik Indonesia, Iwan Fals melancarkan kritik keras melalui sebuah lagunya (yang tidak dialbumkan) yang berjudul Cerita Lama Tiananmen.

Lidahnya api menyambar
Membakar yang punya hati
Rakyat sendiri dihancurkan
Demi gengsi ideologi

Pembantaian di Tiananmen adalah sebuah bukti
Dari sekian banyaknya kekerasan
Yang terjadi di muka bumi ini…


Baca juga : tragedi tenggelamnya Kapal Tampomas II

Foot note




Location: Jl. Alternatif Cibubur KM.3, Harjamukti, Cimanggis, Kota Depok, Jawa Barat 16454, Indonesia

0 comments:

http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html