![]() |
Pict by : Amazonaws |
Membawakan lakon
Mintaraga di halaman kantor Desa Gondangsari Kecamatan Beber, Kabupaten
Cirebon, penampilan Matthew pada Minggu, 22 Juli 2018 membawa sihir.
Tepuk tangan
meriah membahana ketika suluk terucap dari Matthew Isaac Cohen, Guru besar dan
profesor bidang International Theatre di Royal Holloway, University of London.
Ia yang berkebangsaan Amerika Serikat itu sangat fasih Bahasa Cirebonan dan tak
canggung mendalang. Wayang Cirebon adalah salah satu yang sangat ia kuasai.
Sebagai seorang
Indonesianis yang menekuni budaya Indonesia, khususnya bidang wayang dan
pedalangan, ia terus akan mengabdikan diri di dunia seni dalang. Tak hanya itu,
Wayang yang sudah ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan leluhur asli budaya
Indonesia, Matthew pun turut mempromosikannya ke belahan bumi Eropa dan
Amerika.
Kegemaran
Matthew di dunia teater membawanya menyelami khazanah budaya pewayangan di
Jawa. Awal mula ketertarikannya mendalami seni Wayang Jawa sejak ia mendapat
beasiswa Fulbright tahun 1988.
Penelitiannya di
bidang teater, membawanya merasa kagum pada seni pertunjukan wayang Nusantara.
Kekagumannya semakin mendalam, hingga jatuh hati dan memutuskan menjadi
pedalang.
Lewat studinya
di Intitut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, Matthew menggeluti ilmu pedalangan
dan pewayangan. Beberapa tahun kemudian, ia pun mendirikan sebuah sanggar seni,
lengkap dengan Nayaga.
"Sudah lama
menekuni dunia dalang dan wayang. Saat ini saya berdomisili di Inggris. Sekitar
30 tahun lebih, saya menghabiskan waktu untuk mempelajari seni pewayangan,
terutama Cirebonan," ujar Matthew saat diwawancara di sela-sela
pertunjukannya, Minggu (22/7).
![]() |
Matthew sedang memegang Semar & Gareng. Pict by : Encrypted.gstatic |
Selain
berprofesi menjadi pedalang, Matthew tercatat sebagai seorang guru besar dan
profesor bidang International Theatre di Royal Holloway, University of London.
Selama beraktivitas sebagai pengajar di kampus ternama Inggris, Matthew pun
mengenalkan kepada mahasiswa dan pegiat seni di negeri Ratu Elizabeth itu tentang
seni pertunjukan dan kebudayaan Wayang Indonesia.
Menurutnya,
mahasiswa dan masyarakat Inggris umumnya menanggapi seni wayang dengan respon
positif. Tak hanya ingin mengenal, bahkan warga Eropa tertarik belajar
memainkan alat musik gamelan dan wayang.
"Respon
warga Inggris dan Amerika sangat baik, tapi jarang di sana ada Wayang. Mereka
sudah banyak belajar. Apalagi, sekarang sudah ada peringatan Dalang
International Festival," ujarnya.
Pertunjukannya
di Balai Desa Kondangsari, Kecamatan Beber, Kabupaten Cirebon atas permintaan
aparat desa. Pria berusia 52 tahun itu, mengaku senang karena warga setempat
sangat antusias menyambut pertunjukan wayang.
Baca juga : Pertempuran Iwo Jima, Pintu Gerbang Kejatuhan Jepang dalam Perang Dunia IISelain itu, dirinya sedang mempersiapkan tur Roadshow Wayang Pantura di beberapa daerah pada tanggal 27 Juli hingga 7 Agustus melalui program kerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia.
"Itung-itung
latihan buat persiapan roadshow dan berkumpul sama pedalang lain," tutur
Matthew.
Sumber : Liputan 6 & Jawa Pos
Sumber : Liputan 6 & Jawa Pos
0 comments:
Post a Comment